Kamis, 13 November 2008

PSK TANDES JADI SASARAN OPERASI

Sat reskrim polres surabaya utara terus menabuh gederang perang terhadap kejahatan jalanan. Dalam satu bulan terakhir ini, kejahatan jalanan menjadi sasaran yang diprioritaskan, tapi bukan mengenyampingkan kejahatan lainnya. Hal ini disebabkan karena kejahatan-kejahatan ini sangat dirasakan langsung oleh masyarakat. Kejahatan jalanan adalah kejahatan klasik yang sudah ada sejak dahulu kala, mungkin sebelum kakek moyang saya lahir. Sangat sulit untuk memberantas kejahatan jalanan, karena kejahatan ini tidak lepas dari beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan kejahatan jalanan, antara lain faktor ekonomi, sosial dan mental.
Rabu malam tanggal 12 November 2008 sekira jam 22.30 wib s/d 24.00 wib, sat reskrim polres surabaya utara menggelar operasi kejahatan jalanan yang juga menjadi penyakit masyarakat di sekitar stasiun kereta api Tandes. Sasaran operasi kali ini adalah Penjaja Seks Komersial (PSK) yang mangkal di bantaran rel kereta api. Alhasil, operasi yang dipimpin langsung oleh Kasat Reskrim berhasil menjaring 13 perempuan PSK, 6 waria dan 18 laki-laki penikmat kenikmatan sesaat yang dijajakan tersebut.

Terhadap 47 orang tersangka tersebut, 19 orang dikirim ke dinas sosial kota Surabaya dan selebihnya dipulangkan setelah dilakukan pendataan dan pembinaan. Dari hasil interogasi penyidik, hampir seluruh PSK memilih kehidupan malam sebagai profesi dengan alasan terhimpit kebutuhan ekonomi. Sebut saja SUSI, hingga umur 54 tahun masih melakoni profesi sebagai PSK. Nenek yang memiliki 5 orang anak ini, tanpa muka berdosa menghidupi kelima anaknya dengan hasil keringat melayani lelaki hidung belang. Saat ditangkap SUSI sedang berkeringat melayani tamunya di pinggir rel kereta api. Setiap orangnya SUSI memasang tarip Rp.5000 s/d Rp.20.000 (kalau pembaca berkenan bisa menghubungi penulis).

Dengan adanya operasi ini mudah-mudahan SUSI bisa sadar untuk kembali kejalan yang benar dan tidak ada susi-susi lain yang menjadi penyakit masyarakat.

4 komentar:

JudithNatalia mengatakan...

Amiiin...semoga.

L. Pralangga mengatakan...

PSK dan motif yang melatarbelakangi pada peminat dan pelaku-nya, adalah bagian dari refleksi di permukaan atas dinamika ekonomi yang [masih terus] terpuruk... terlepas dari itu semua, memang ini [hidup dan bagaimana menjalaninya] adalah sebuah pilihan.. harus diakui bahwa masih banyak profesi layak lain-nya bisa digeluti untuk menghidupi diri dan keluarga.

Moga2 mereka yang terjaring operasi ini bisa kapok dan hijrah ke jalan yang lebih baik ;-) dan operasi ini bisa jadi bagian dari solusi dan bukan sebaliknya.

Seneng udh bisa mampir kesini, salam hangat dari afrika barat :D

bhayangkarafootball.blogspot.co.id mengatakan...

yang patut menjadi catatan adalah, terlalu banyak kehidupan di rel ka tandes yang dijadikan tempat mangkal para PSK ini. lebih bijak bila ada solusi nyata agar mereka tidak balik lagi ke tempat semula. ini menjadi PR kita bersama. sebab, operasi dan pengobrakan selama ini bukan menjadi solusi yang tepat. toh, ujung2nya mereka masih balik lagi ke tempat semula. so, saatnya memikirkan bersama solusi terbaik buat mereka. sebab, ujung2nya mereka ada karena masalah kebutuhan perut.

Andhi Cahya mengatakan...

Sukses pak andy, saya dukung sekalian biar BMI aman.